Bermula dari tayang seminggu sekali, lalu meningkat seminggu dua kali, kini program komedi Opera Van Java (OVJ) muncul lima kali dalam sepekan. Itu menandakan acara milik Trans7 tersebut makin digemari pemirsa. Seperti apa pembuatan tayangan yang mengandalkan kepiawaian melucu Parto, Sule, Azis Gagap, Nunung, juga Andre Taulany itu?
Yang suka nonton OVJ pasti kenal dengan pantun ini. “Di sana gunung, di sini gunung, di tengahnya Pulau Jawa. Wayangnya bingung, lha dalah dalangnya juga bingung, yang penting bisa ketawa. Ketemu lagi di Opera Van Java. Yaa… Eeee…!”
Pantun khas tersebut selalu diucapkan oleh Ki Dalang Parto ketika mengawali pertunjukan. Setelah itu, keluarlah suara merdu sinden cantik yang membawakan lagu-lagu masa kini diiringi musik gendang dan gamelan. Kamis lalu, Jawa Pos bertandang ke Studio Guet di daerah Pancoran. Di studio tersebut, tayangan OVJ dibuat. Mengenakan beskap berwarna biru, Parto memulai pertunjukan seperti wayang orang Jawa tersebut. Waktu itu mereka memainkan cerita berjudul kimpoi Kontrak. Ketika pengambilan gambar, di dalam studio banyak penonton yang sengaja datang untuk melihat secara langsung.
Syuting OVJ dilakukan seminggu tiga kali, Selasa sampai Kamis. Mulai siang sampai tengah malam. Setiap kali syuting, mereka memproduksi tiga cerita. Kamis itu, menurut jadwal, syuting dimulai pukul 12.00 WIB. Tapi, sampai waktu yang ditentukan, syuting belum dimulai. Pendukung acara belum datang semua. “Itu kan syuting terakhir. Jadi, wajar kalau sedikit telat. Soalnya, syuting kemarin sampai malam,” tutur salah seorang kru
Sambil menunggu, Jawa Pos melihat ruang brifing dan kostum. Ternyata, para artis dan kru berebut jam tangan plastik. Ada Andre, Sule, Azis, dan beberapa kru. Rupanya, salah seorang kru membawa satu tas jam tangan plastik berbentuk robot untuk dijual. “Ya begini ini keadaannya. Nggak artis, nggak kru, sama saja kacaunya,” ucap Bremoro Kunto, asisten produser OVJ. Syuting hari itu molor, sekitar pukul 15.00 WIB baru dimulai. Beberapa menit sebelum syuting, para artis membaca naskah cerita yang akan mereka mainkan. Bukan skenario utuh, hanya garis besarnya. Menurut Sule, mereka hanya perlu baca sebentar naskah tersebut, setelah itu semuanya mengalir begitu saja. “Baca naskah ya pas begini ini. Baca sebentar, saya jadi apa di sini. Misal, saya jadi pemuda. Ya pemuda yang lagi ngapain. Soalnya, nanti ada Mas Parto yang jadi dalang.Jadi, dia lebih tahu ceritanya,” katanya.
Di OVJ, para pemain memang dibebaskan berimprovisasi. “Misalnya, awalnya jadi tukang dagang, setelah itu jadi tukang lain. Bebas. Yang penting tahu benang merahnya. Jadi, bisa tek tok dengan dalang. Kalau dalang nyuruh, kami sudah hafal,” ucap Sule. Karena diberi kebebasan itu, Parto, Sule, Azis, Andre, maupun Nunung sering ngelantur ke mana-mana. Bremoro mengatakan, salah satu kekuatan OVJ memang itu. Kebebasan. “Sudah biasa deh, durasi tayang satu jam, syuting sampai berjam-jam. Jalan ceritanya sampai ke mana-mana. Lawakan mereka juga sudah nggak keruan. Nggak masalah sih. Memang kami membiarkan mereka. Terserah deh mau ngapain. Mau berapa lama di atas panggung juga terserah. Yang penting, kami kasih tahu. Woi, sudah sepuluh menit. Woi, sudah 20 menit. Gitu saja,” tutur Bremoro.
Justru lanturan para pelawak itu menguntungkan kru. Sebab, saat pengeditan, ada lebih banyak pilihan. Makin lama dibiarkan, tingkah lima sekawan tersebut makin aneh-aneh. “Kami yang ngedit kan jadi enak. Oh, yang ini lucu, ini juga, jadikan satu,” lanjut dia. Bremoro menjelaskan, para komedian tersebut memang memiliki talenta alami dalam melawak.
“Mereka, mau di panggung ataupun keseharian, sama saja. Kalau saya bilang, mereka bukan kategori orang lucu lagi, melainkan orang stres,” papar dia lantas terbahak. Melihat para komedian tersebut mengobrol pun, terang dia, bisa mengundang tawa. Sebab, mereka sering membicarakan hal yang tidak penting, tapi membahasnya dengan serius.
“Pokoknya, dari sononya memang sudah lucu orang-orang itu,” lanjutnya.
Mereka juga punya keunikan sendiri-sendiri di lokasi syuting. Jika dibandingkan dengan yang lain, Parto terkesan lebih anteng. Tapi, celotehan dia paling sering membuat orang tertawa. Sementara itu, Sule adalah personel OVJ yang paling lincah dan energik. “Kalau Azis, gimana ya? Dia absurd banget. Paling aneh lah. Tiba-tiba ramai, bentar kemudian dia menyendiri di pojok,” imbuh Bremoro lantas tertawa. Sedangkan Andre dikenal sebagai orang yang sangat ceria. Sepertinya, tak pernah ada beban pada hidupnya. Tapi, Andre sering terlambat datang ke lokasi syuting. “Dia paling ceria, tapi juga paling suka telat,” tegasnya.
mempunyai nama asli Eddy Supono yang lahir di Jakarta 17 April 1961, merupakan anggota dari group lawak Patrio
Mempunyai nama asli Entis Sutisna asli orang sunda, mulai dikenal saat ia mengikuti acara pencarian pelawak yang di tayangkan di stasiun tv swasta
mempunyai nama asli Andre Taulany lahir di Jakarta 17 September 1974 dikenal saat menjadi vokalis band stinky
Mempunyai nama asli Muhammad Azis lahir di Jakarta 22 Desember 1973, memiliki karakter seorang yang gagap dan sering menjadi bulan bulanan di OVJ
Memiliki nama asli Tri Retno Prayudati lahir di Solo 5 April 1964, dikenal saat menjadi pelawak di group lawak Srimulat, dan sering di gosipkan sedang dekat dengan Azis Gagap, dan pernah menikah 3 kali.
No comments:
Post a Comment