Saat kita datang ke dokter tentu kita berharap semua masalah kesehatan kita terpecahkan. Namun sayangnya, dokter tetaplah manusia biasa, bukan pahlawan super. Sikap pasif seperti tidak memberikan keterangan dengan lengkap pada dokter mengenai gejala atau riwayat penyakit dalam keluarga bisa membuat dokter salah mengambil kesimpulan.
"Mayoritas pasien menginginkan dokter yang sempurna, yang tahu semua hal. Padahal, tentu ada alasannya mengapa ada spesialisasi dalam dunia kedokteran," kata Travis Stork, MD, seorang dokter yang juga membawakan acara The Doctors.
Untuk mencegah terjadinya salah paham dan salah duga, ada baiknya Anda membekali diri dengan informasi serta memberikan informasi yang lengkap kepada dokter. Anda juga perlu mengajukan pertanyaan yang tepat kepada dokter. Berikut panduannya.
1. Perlukah saya mencari opini kedua?
Anda berhak menanyakan pada dokter perlu tidaknya mencari opini kedua dari dokter lain. Bila dokter menemukan kasus yang belum pernah ditemui, biasanya mereka juga akan berkonsultasi dengan rekannya yang lebih berpengalaman. Jadi, tak ada salahnya juga jika inisiatif itu datang dari Anda.
2. Jadi menurut dokter penyakit saya adalah....
"Bila Anda tidak yakin dengan penjelasan dokter, tanyakan saja," kata Stork. Dunia kedokteran tidak hitam dan putih, dan sering kali ada perbedaan besar antara apa yang disampaikan dokter dengan yang dipahami pasien. Jangan meninggalkan ruang praktik dokter jika Anda merasa belum yakin.
3. Apa tujuan dari tindakan ini?
Mayoritas pasien menginginkan jawaban segera dan dokter tidak selalu memilikinya. Penegakan diagnosis sering tidak bisa dilakukan hanya dengan pemeriksaan fisik, tetapi juga pemeriksaan penunjang. Jika Anda marah-marah karena belum mendapat diagnosis yang pasti, dokter bisa bersifat defensif dan merasa tertekan untuk memberi jawaban yang belum diketahuinya.
Dokter yang baik biasanya akan menjawab, "Selama belum diketahui dengan pasti apa yang terjadi, yang saya tahu adalah melakukan tindakan CT Scan ini untuk mencari tahu pasti penyakitnya".
4. Mungkinkah saya menderita penyakit ini?
Makin lengkap informasi yang Anda berikan, makin membantu dokter dalam menegakkan diagnosis. Tugas Anda adalah merinci gejala yang dirasakan, kapan dimulai, dan mungkinkah terjadi pemburukan.
"Hindari mengatakan hipotesis Anda sebagai pernyataan, misalnya, sepertinya saya menderita penyakit jantung. Sebaiknya setelah menjelaskan gejala dan menceritakan ada keluarga yang juga menderita penyakit, Anda bisa bertanya pada dokter, mungkinkah ini gejala penyakit jantung?"
5. Perlukah obat atau terapi lain?
Banyak orang yang mengira dokter yang bagus adalah dokter yang tahu setiap obat untuk pasiennya. Padahal, tak ada seorang pun yang mengenal diri Anda sebaik Anda sendiri.
"Makin terbuka Anda pada dokter, makin individual perawatan yang diterima. Misalnya, jika Anda tak suka minum obat, tanyakan pada dokter apakah perubahan gaya hidup bisa membantu. Misalnya saja untuk hipertensi, tanpa obat pun perubahan gaya hidup sehat bisa menurunkan tekanan darah. [sumber:aceh.tribunnews.com]
"Mayoritas pasien menginginkan dokter yang sempurna, yang tahu semua hal. Padahal, tentu ada alasannya mengapa ada spesialisasi dalam dunia kedokteran," kata Travis Stork, MD, seorang dokter yang juga membawakan acara The Doctors.
Untuk mencegah terjadinya salah paham dan salah duga, ada baiknya Anda membekali diri dengan informasi serta memberikan informasi yang lengkap kepada dokter. Anda juga perlu mengajukan pertanyaan yang tepat kepada dokter. Berikut panduannya.
1. Perlukah saya mencari opini kedua?
Anda berhak menanyakan pada dokter perlu tidaknya mencari opini kedua dari dokter lain. Bila dokter menemukan kasus yang belum pernah ditemui, biasanya mereka juga akan berkonsultasi dengan rekannya yang lebih berpengalaman. Jadi, tak ada salahnya juga jika inisiatif itu datang dari Anda.
2. Jadi menurut dokter penyakit saya adalah....
"Bila Anda tidak yakin dengan penjelasan dokter, tanyakan saja," kata Stork. Dunia kedokteran tidak hitam dan putih, dan sering kali ada perbedaan besar antara apa yang disampaikan dokter dengan yang dipahami pasien. Jangan meninggalkan ruang praktik dokter jika Anda merasa belum yakin.
3. Apa tujuan dari tindakan ini?
Mayoritas pasien menginginkan jawaban segera dan dokter tidak selalu memilikinya. Penegakan diagnosis sering tidak bisa dilakukan hanya dengan pemeriksaan fisik, tetapi juga pemeriksaan penunjang. Jika Anda marah-marah karena belum mendapat diagnosis yang pasti, dokter bisa bersifat defensif dan merasa tertekan untuk memberi jawaban yang belum diketahuinya.
Dokter yang baik biasanya akan menjawab, "Selama belum diketahui dengan pasti apa yang terjadi, yang saya tahu adalah melakukan tindakan CT Scan ini untuk mencari tahu pasti penyakitnya".
4. Mungkinkah saya menderita penyakit ini?
Makin lengkap informasi yang Anda berikan, makin membantu dokter dalam menegakkan diagnosis. Tugas Anda adalah merinci gejala yang dirasakan, kapan dimulai, dan mungkinkah terjadi pemburukan.
"Hindari mengatakan hipotesis Anda sebagai pernyataan, misalnya, sepertinya saya menderita penyakit jantung. Sebaiknya setelah menjelaskan gejala dan menceritakan ada keluarga yang juga menderita penyakit, Anda bisa bertanya pada dokter, mungkinkah ini gejala penyakit jantung?"
5. Perlukah obat atau terapi lain?
Banyak orang yang mengira dokter yang bagus adalah dokter yang tahu setiap obat untuk pasiennya. Padahal, tak ada seorang pun yang mengenal diri Anda sebaik Anda sendiri.
"Makin terbuka Anda pada dokter, makin individual perawatan yang diterima. Misalnya, jika Anda tak suka minum obat, tanyakan pada dokter apakah perubahan gaya hidup bisa membantu. Misalnya saja untuk hipertensi, tanpa obat pun perubahan gaya hidup sehat bisa menurunkan tekanan darah. [sumber:aceh.tribunnews.com]
No comments:
Post a Comment