Penggunaan mesin mobil seperti yang sekarang dipakai, hanya dimungkinkan karena penemuan sang bapak Ford tersebut. Mungkin, tanpa penemuan Henry Ford, harga mobil masih mahal dan belum bisa menembus pasar menengah ke bawah.
Henry Ford, anak dari pasangan William Ford dan Mary Litogot memiliki darah Belanda yang kental. Keingintahuannya terhadap ilmu permesinan sudah muncul sejak di bangku sekolah dasar. Ia pernah melakukan penelitan serupa seperti yang James Watt lakukan (James Watt dikenal sebagai penemu mesin uap).
Foto: tocmp.com
Suatu siang, ia nekat mengambil teko berbahan tembikar tebal, lalu diisi air. Pada mulut teko, disumbat dan tutupnya diikat erat-erat. Ia ingin tahu, apa yang terjadi kalau uap hasil rebusan air mendapat tahanan. Teko tersebut kemudian dimasukkan ke dalam perapian di ruang makan. Ia duduk dekatnya sambil menunggu.Tiba-tiba "BUM!!!" teko meledak. Ruang makan berserakan. Sekeping pecahan memecahkan jendela kaca, memecahkan cermin, serta menancap di muka si kecil Henry. Luka ini pada akhirnya nanti selalu mengingatkan pada percobaan ini. Dan, Henry selalu mengenangnya sebagai "Pak Uap".
Kenakalan masa kecil terus terjadi. Pernah seorang petani masuk ke kelas tempat Henry belajar karena ada anak yang membendung sungai di dekat rumahnya, sehingga air sungai meluap masuk gudang bawah tanah petani tersebut. Pak guru yang mengetahui si pembuat onar, langsung bertanya padanya, "Bagaimana ini, Henry?"
"Waaaah, bagaimana, ya?" Jawab Herny kebingungan. "Saya tidak menduga air tersebut meluap dan merusak rumah pak tani. Tujuan kami ingin mendapatkan air yang cukup supaya bisa menjalankan kincir air. Kincir tersebut kami buat dari bekas penggaruk gilingan kopi. Bapak guru mestinya melihat betapa bagusnya kincir tersebut bekerja." Meskiupun bersalah dan mendapat hukuman, Henry tetap antusias mengumumkan penemuannya pada pak guru.
Bosan dengan mesin uap dan kincir air, Henry melirik pada kenakalan berikutnya. Pada suatu hari di sekolahnya, ia bersama teman sebangkunya John Haggerty iseng membongkar arloji. Pak guru yang mengetahui ini langsung menyuruhnya menyusun kembali mesin arloji tersebut sebagai hukuman. Dengan cepat, hanya dalam waktu 10 menit Henry menyusun mesin arloji tadi seperti sediakala.
Karena kepiawaiannya, ia pun mendapat banyak pesanan membetulkan arloji rusak dari orang-orang di desanya. Pekerjaannya sebagai "tukang servis jam" ini pula yang membantunya bertahan saat merantau di Detroit. Henry muda bekerja di pabrik mesin uap dengan gaji US $ 2,50 seminggu. Padahal untuk sewa kamar dan makan habis US $ 3,50. Untung ia bisa bekerja sampingan sebagai "tukang servis jam" jadi bisa tetap bertahan hidup.
Patuh Pada Orang Tua
Kepandaian Henry menyebabkan atasan di tempat kerjanya senang. Ia segera mendapat promosi kenaikan pangkat. Sayangnya, di saat bersamaan ia mendapat surat dari rumah memintanya pulang karena ayahnya sakit keras. Ia pun meninggalkan karirnya, langsung pulang dan kembali menjadi petani.
Keputusan Henry untuk patuh pada orang tuanya berbuah manis. Justru, selama di rumah ia akhirnya menghasilkan penemuan baru yaitu "Lokomotif pertanian". Dengan alat ini, penggunaan hewan ternak untuk membajak sawah bisa digantikan, dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih singkat.
Foto : edwardnjackson.com
Kalimat Bijak Henry Ford
Ada beberapa kata-kata bijak yang bisa jadi inspirasi kita:
1. Siapapun yang berhenti belajar akan cepat menjadi tua, meskipun ia baru berumur 20-an. Tapi orang yang suka belajar akan tetap muda. Hal terbesar dalam hidup ini adalah memelihara pikiran kita tetap muda.
2. Datang bersama adalah awal; tetap bersama adalah kemajuan; bekerja bersama adalah menuju sukses.
3. Antusiasme adalah ragi yang membuat harapan Anda bersinar ke bintang. Antusiasme adalah binar di mata Anda, ayunan gaya berjalan Anda. Pegangan tangan Anda, gelombang tak tertahankan kehendak dan energi untuk melaksanakan ide-ide Anda.
4. Bahkan sebuah kesalahan bisa berubah menjadi satu hal yang sangat berguna untuk kemajuan.
5. Kegagalan hanyalah kesempatan untuk memulai lagi, namun kali ini kita bisa lebih cerdas.
Sumber: Buku "Anak Miskin Yang Jadi Masyhur" - Sarah K. Bolton
No comments:
Post a Comment