Setelah melakukan ekspedisi selama dua tahun sejak tahun 2009, para ilmuwan menemukan lima jenis katak yang semuanya unik. Adanya katak-katak itu sebenarnya telah dideskripsikan sejak tahun 1950, tetapi mereka seolah menyembunyikan diri dari manusia.
Hyperolius leucotaenius
Salah satu jenis katak yang ditemukan adalah Hyperolius leucotaenius. Katak ini memiliki kulit transparan sehingga organ dalam dan bahkan telur-telurnya bisa terlihat. Spesies katak ini ditemukan di Sungai Elila, bagian tenggara Kongo.
Hyperolius leucotaenius memiliki kepala berwarna hijau transparan serta tubuh berwarna bak plastik. Katak ini juga memiliki pola garis yang berwarna kuning serta ujung-ujung jari kaki yang berwarna oranye. Belum jelas alasan mengapa katak ini memiliki tubuh transparan.
Selain itu, ada tiga spesies yang ditemukan di wilayah dataran tinggi Itombwe, tenggara Kongo. Dua di antaranya adalah Chrysobatrachus cupreonitens yang memiliki tubuh warna hijau dan coklat serta Phrynobatrachus asper yang punya kaki berdaging tebal.
Chrysobatrachus cupreonitens
Phrynobatrachus asper
Penemuan spesies Phrynobatrachus asper tergolong unik. Spesies ini ditemukan kembali pada tahun 2009 saat seorang warga desa di dataran tinggi Itombwe menawarkan makan malam berbahan katak tersebut kepada para para ilmuwan.
Arthroleptis pyrrhoscelis
Satu spesies lagi dari dataran tinggi Itombwe adalah katak berjari kuku atau Arthroleptis pyrrhoscelis. Perkembangan katak ini unik sebab tak melewati fase kecebong. Sementara spesies terakhir adalah Hyperolius chrysogaster, ditemukan di Taman Nasional Kahuzi-Biega, timur Kongo.
Hyperolius chrysogaster
Ekspedisi penemuan kembali amfibi yang hilang ini dipimpin oleh El Greenbaum, biolog Universitas Texas di El Paso. Ekspedisi ini didanai secara parsial oleh komite riset dan eksplorasi, National Geographic Society.
"Penemuan tim saya membuktikan bahwa hutan-hutan itu (di wilayah Kongo) masih belum dieksplorasi. Ada banyak keanekaragaman hayati di sana dan belum terlambat untuk menggandakan upaya kita dalam konservasi," kata Greenbaum.
Sumber :
sains.kompas.com
No comments:
Post a Comment