Monday, December 20, 2010

14 Spesies Mamalia Paling Langka dan Unik yang Nyaris Punah


Zoological Society of London kembali meluncurkan daftar EDGE (Evolutionarily Distinct, Globally Endangered) 2010, setelah terakhir update pada tahun 2007 lalu.
Zoological Society of London kembali meluncurkan daftar EDGE (Evolutionarily Distinct, Globally Endangered) 2010, setelah terakhir update pada tahun 2007 lalu. 

EDGE ini merupakan daftar hewan-hewan yang statusnya terancam punah, bahkan beberapa mungkin sudah punah. Berikut ini adalah 14 spesies mamalia teratas menurut daftar EDGE yang paling langka :

1. Ekidna moncong panjang timur (Zaglossus bartoni)


2. Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijnii)  


Ekidna moncong panjang timur dan barat punya fitur yang unik, yakni perpaduan antara mamalia dan reptil.

Keduanya juga nyaris punah akibat perburuan dan kehilangan habitat, akibat aktivitas pertambangan, pertanian dan penebangan liar.


3. Ekidna moncong panjang Sir David (Zaglossus attenboroughi)


Dari seluruh spesies ekidna moncong panjang, ekidna moncong panjang Sir David adalah yang paling kecil dan mungkin paling terancam punah.

Spesies ini awalnya dikenali dari sebuah spesimen yang ditemukan pada tahun 1961, yang kemudian dipercaya telah punah, hingga kemudian tim EDGE menemukan bukti bahwa spesies ini masih bertahan pada tahun 2007.

Distribusi dari ketiga spesies ekidna ini terletak di Papua dan Papua Nugini.


4. Greater Short-Tailed Bat (Mystacina robusta)


Kelelawar ekor pendek yang terbesar di New Zealand ini kemungkinan sudah punah menyusul kedatangan orang Eropa disana sejak 200 tahun lalu.

Tidak seperti saudara dekatnya, lesser short-tailed bat, spesies ini lebih banyak menghabiskan waktu di tanah, sehingga rentan terhadap serangan predator seperti tikus.

Belum ada penampakan kelelawar ini sejak tahun 1967. Ada laporan yang terdengar, namun sulit untuk diverifikasi karena area yang dilaporkan ini dimiliki oleh suku lokal Maori, dan sulit untuk memperoleh izin masuk daerah tersebut.


5. Baiji (Lipotes vexillifer)


Baiji, atau lumba-lumba di Sungai Yangtze, kemungkinan sudah punah, karena hanya 13 saja yang ditemukan selama survei populasi antara 1997 dan 1999.

Survei terbaru yang dilakukan tidak berhasil menemukan satupun baiji yang tersisa di sungai tersebut.

Sungai Yangtze yang sangat ramai ini mengakibatkan Baiji kehilangan habitatnya dan populasinya menurun drastis, akibat aktivitas pemancingan maupun polusi limbah.





6. Mountain Pygmy Possum (Burramys parvus)


Spesies ini merupakan jenis marsupial unik yang awalnya hanya diketahui dari fosilnya saja, hingga kemudian ditemukan pada tahun 1966 pada sebuah resort ski di Victoria.

Ia merupakan salah satu dari pygmy possum terbesar di Australia, dan merupakan mammalia kecil yang umurnya terpanjang di dunia, dimana betinanya bisa mencapai usia lebih dari 12 tahun.

Sayangnya, kehadiran industri resort ski yang menjamur di Australia mengakibatkan possum kecil ini kehilangan habitatnya hingga kini nyaris punah.


7. Solenodon Kuba (Solenodon cubanus)



8. Solenodon Hispaniola (Solenodon paradoxus)


Solenodon memang rupanya mirip dengan tikus, tapi mereka tidak seperti tikus sama sekali. Solenodon ini merupakan satu-satunya mamalia yang menginjeksi korbannya dengan racun.

Solenodon hanya terdiri dari dua spesies, yakni Hispaniolan solenodon yang ditemukan di Kepulauan Hispaniola dan Cuban solenodon yang distribusinya di Kuba.

Sebelum kolonisasi orang Eropa, spesies ini merupakan predator yang dominan di habitatnya, namun seiring berjalannya waktu, mereka kalah dengan predator baru semacam anjing, kucing dan luwak.


9. Kelinci Riverine (Bunolagus monticularis)


Spesies kelinci Riverine ini, berbeda dengan sebagian besar keluarga kelinci lainnya karena satu hal, yakni tidak berkembang biak seperti kelinci.

Ketika spesies kelinci pada umumnya bisa membesarkan 12 bayi tiap kali hamil, dan berkali-kali hamil dalam satu musim, kelinci ini hanya bisa membesarkan satu anak dalam satu waktu, dan ia hanya hidup selama 3 atau 4 tahun di alam terbuka.

Habitat kelinci ini di gurun Karoo, Afrika, terancam akibat gurun tersebut kerap menjadi lahan pertanian.


10. Badak Bercula Dua Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)


Badak bercula dua ini merupakan yang paling kecil dan terancam dari lima jenis spesies badak yang masih bertahan hidup. Spesies ini hidup di pedalaman hutan Asia Tenggara, sebagian besar di Indonesia.

Sayangnya, aktivitas manusia seperti penggundulan hutan mengakibatkan populasinya turun drastis sehingga terancam punah, diestimasikan hanya sekitar 275 ekor yang hidup hingga saat ini.




11. Badak Hitam (Diceros bicornis)


Badak hitam dan putih tidak dinamakan berdasarkan warna tubuh, melainkan bentuk bibirnya. Badak hitam punya bibir atas yang mengatup, yang digunakan untuk menarik tumbuhan ke dalam mulutnya.

Spesies ini dikenal berbahaya, sehingga banyak mengalami pembunuhan dibandingkan badak lainnya. Populasi ini mengalami penurunan drastis sebanyak 96% antara tahun 1970 hingga 1992.

Selain itu, berbeda dengan mamalia lainnya, badak membutuhkan kondisi lingkungan yang spesial untuk bisa berkembang biak.

Badak betina membutuhkan teman-teman badak betina yang lain untuk menemaninya dalam mengembangbiakkan dan membesarkan badak muda.


12. Wombat Hidung Berbulu dari Selatan (Lasiorhinus krefftii)


Hanya tiga spesies wombat yang saat ini masih bertahan hidup, dan ini salah satunya. Wombat merupakan makhluk yang beraktivitas di malam hari, dan kebanyakan dilakukan sendirian.

Sepanjang hari, wombat tinggal di dalam lubang, dan baru keluar di malam hari untuk memakan rerumputan.

Wombat banyak kehilangan habitat akibat aktivitas pertanian, serta predator-predator yang diperkenalkan ke Australia, terutama dingo.


13. Onta Bactrian (Camelus ferus)


Spesies onta ini dapat dibedakan dari onta Arab dari kedua punuknya. Onta Bactrian ini harus beradaptasi di Gurun Gobi yang ganas, salah satu tempat yang paling berbahaya dan rawan di bumi.

Spesies ini dapat bertahan dari dahaga yang panjang, kekurangan makanan bahkan radiasi pengujian nuklir. Namun, eksistensi mereka kini terancam akibat kompetisi memperebutkan air dan makanan, perburuan serta kehilangan habitat.

Onta ini juga punya adaptasi yang unik dalam menghadapi cuaca ekstrim. Bulunya bisa menjadi sangat tebal ketika musim dingin, sementara nyaris tidak berbulu ketika musim panas.

Selain itu, mereka punya kaki yang lembut, yang mirip seperti sepatu salju, untuk mencegahnya terperosok ke dalam pasir gurun.





14. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)


Dengan tidak lebih dari 60 ekor yang tersisa, badak Jawa atau badak bercula satu kecil ini merupakan spesies badak yang paling langka dibandingkan lainnya. Ia mempunyai cula satu dan kulit yang amat tebal, bahkan disebut-sebut menyerupai besi baja.

Seperti badak lainnya, spesies ini memakan tumbuh-tumbuhan dan kebanyakan menghabiskan waktunya untuk berendam dalam lumpur untuk mendinginkan tubuh.

Meskipun populasinya kini dijaga dalam taman nasional, namun culanya masih banyak diburu, sehingga populasinya masih tetap terancam.

Populasinya yang kecil juga mengakibatkan mereka sangat beresiko menghadapi penyakit dan bencana alam yang besar.

Sumber :
nationalgeographic.com
, edgeofexistence.org

No comments:

Post a Comment